adf.ly

Jumat, 05 November 2010

Abu Vulkanik Anak Krakatau Mengarah ke Banten

Serang

06/11/2010

Tak cuma dari Merapi. Gunung lain yang sedang aktif, Anak Krakatau juga memuntahkan abu vulkanik. Abu yang mengandung partikel berbahaya ini menyebar ke sejumlah permukiman warga di pesisir Pantai Anyer dan Cinangka, Serang, Banten, Jumat (5/11). Abu vulkanik menyebar melalui embusan angin.

Pemandangan ini sudah terjadi dalam tiga hari terakhir. Penyebaran ke arah bagian utara gunung mencapai puluhan kilometer. Semua warga mengira abu yang menempel di atap dan sekitar rumah sebagai debu biasa.

Abu vulkanik keluar seiring aktivitas kegempaan Anak Krakatau yang belakangan meningkat. Sejak Gunung Merapi meletus pada 26 Oktober silam, sejumlah gunung berapi lain mengalami peningkatan aktivitas

Senin, 01 November 2010

Kakatua Terancam Punah



Burung kakatua di Indonesia yang tersebar di kawasan Wallacea terancam punah pada berbagai tingkatan. Tiga dari tujuh jenis kakatua yang endemik (hanya ada di Indonesia) adalah kakatua maluku (Cacatua moluccensis), kakatua putih (Cacatua alba), dan kakatua tanimbar (Cacatua goffiniana). Sementara itu, kakatua-kecil jambul-kuning (Cacatua sulphurea), yang juga terdapat di Timor Leste, memiliki status keterancaman tertinggi, yaitu kritis.

Demikian siaran pers yang dikeluarkan Burung Indonesia, yang ditandatangani Fahrul P Amama, Communication and Media Relations Burung Indonesia, Senin (1/11/2010). Burung Indonesia atau Perhimpunan Pelestari Burung Liar Indonesia adalah organisasi nirlaba yang bekerja sama dengan Bird Life Internasional (berkedudukan di Inggris) yang memfokuskan pekerjaan pada pelestarian jenis-jenis burung yang terancam punah.

Dalam siaran pers itu dipaparkan, Indonesia sebagai negara dengan kekayaan hayati yang tinggi bertengger di peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah jenis burung terancam punah dan paling banyak akibat eksploitasi berlebih. Berbagai jenis burung paruh bengkok tersebut diekspor ke luar wilayah Indonesia untuk memenuhi kesenangan manusia. Catatan paling awal pada abad ke-15, terjadi pengangkutan kakatua pertama ke Eropa lewat perairan Nusantara yang kala itu disebut East Indies.

Selain penangkapan dan perdagangan internasional yang tidak memerhatikan keberlangsungan populasi untuk pulih, jenis-jenis kakatua dan paruh bengkok lainnya di Indonesia masih harus menghadapi ancaman berupa bukaan hutan untuk fungsi lain. Setiap tahunnya, pada periode 2006 hingga 2009, laju deforestasi hutan mencapai 31 juta hektar per tahun.

Ketiga jenis kakatua tersebut memang dapat pula dijumpai di hutan sekunder atau hutan yang telah mengalami proses pembalakan. Bahkan, kakatua putih dianggap cukup toleran dengan hutan modifikasi. Walau demikian, ketiganya sangat membutuhkan tutupan hutan alam dengan tutupan tajuk rapat, terutama ketersediaan pohon besar sebagai sarang.

227 DPB

Bird Life International selaku otoritas ilmiah Badan Konservasi Dunia (IUCN) untuk semua jenis burung di dunia menilai, tiga dari tujuh jenis kakatua di Indonesia menghadapi ancaman kepunahan. Ketiga jenis kakatua tersebut menghadapai berbagai tekanan yang dapat melenyapkan populasi mereka di alam bebas.

Untuk itu, sebagai organisasi konservasi dengan jaringan kemitraan terbesar, Bird Life International mengembangkan program konservasi berbasis standar dan kriteria yang diterima dan dapat diaplikasikan secara global. Program konservasi ini tidak hanya mengenali, mendokumentasikan, dan melindungi jaringan kawasan-kawasan penting bagi burung, tetapi juga terhadap kekayaan hayati lainnya. Program ini dikenal sebagai Important Bird Area (IBA) atau Daerah Penting bagi Burung (DPB).

Dengan 227 kawasan penting bagi burung (di luar Pulau Papua), Indonesia memiliki DPB/IBA terbanyak di Asia Tenggara, disusul Filippina (117 IBA) dan Vietnam (63 IBA). Daerah penting bagi burung di Indonesia tersebar di Jawa dan Bali (53 DPB), Nusa Tenggara (43 DPB), Sumatera (40 DPB), Maluku (36 DPB), Sulawesi (32 DPB), dan Kalimantan (23 DPB).

Secara umum, paruh bengkok di Asia dan Amerika Latin saat ini juga menghadapi ancaman serupa. Sejak pertengahan abad ke-17 hingga awal abad ke-19, terhitung sembilan belas jenis paruh bengkok telah menghilang. Perburuan sebagai pakan dan hewan peliharaan ditengarai sebagai penyebab utamanya. Faktor lain penyebab kepunahan paruh bengkok adalah introduksi mamalia dan hilangnya tutupan hutan alam.

Kakatua adalah kelompok burung yang mudah dikenali dari ciri fisiknya: paruh atas yang lebih membengkok dan kuat serta tipe jari kaki zygodactyl (dua jari ke depan dan dua mengarah ke belakang). Berbeda dengan paruh bengkok lain, kelompok kakatua memiliki jambul dan warna bulu dominan yang kurang beragam, seperti putih, hitam, abu, dan kombinasinya.

Secara ilmiah, mereka dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Cacatuinae (kakatua), Calyptorhynchinae (kakatua hitam), dan Nymphicinae (Cockatiel).

Pusat keragaman kakatua berada di kawasan tropis Australasia (Australia, Papua, dan Wallacea). Dari 21 jenis kakatua di dunia, Indonesia memiliki 7 jenis. Tiga jenis di antaranya hanya terdapat di Indonesia.